Sabtu, 28 Agustus 2010

Saya Marah, Sungguh!!

pernah merasa begitu marah??
marah begitu membuncah tapi hanya bisa menelan ludah, menahan kata..
saya pernah..
saya marah bukan karena tak dibelikan handphone berkamera atau tak diizinkan bersepeda.. bukan karena itu, karena memang saya sudah punya.. jadi tak perlulah saya marah.. :p
masalahnya tak sesederhana itu.. rasanya tak perlulah saya ceritakan penyebab kemarahan saya.. tak apa, ya?! maafkan saya.. terima kasih.. :)

saya marah padanya, tapi saya tak mampu berkata-kata
tak bisa menunjukkan kesal saya padanya.. ah,, tapi saya tau dia merasakannya.

saya mulai pongah
menutup mata akan semua bujuknya, pedulinya, sayangnya.. ah, tak perlu ragu,, tak sedikitpun bual di dalamnya..
menutup telinga, tak hiraukan semua nasehatnya..
saya tak merasa lagi nyaman bersamanya, tidak seperti dulu
bercengkrama dengannya seperti hanya formalitas saja, bukti bahwa saya ada, duduk di dekatnya.
berbagi cerita hanya seadanya, tak lagi antusias seperti biasa
hanya supaya saya tak acuh padanya
hanya karena ini kewajiban saya
saya berubah

saya yang paling terluka
saya yang paling kecewa
itu yang saya rasa

pernah saya berkata keras padanya
begitu lancang membentaknya, lepas begitu saja
percayalah.. tak sekalipun saya menginginkannya, begitu hati-hati saya jaga
saya kehilangan kuasa atas lisan saya
ke-aku-an mengendalikan segalanya

bukan.. bukan karena saya benci padanya
demi Tuhan,, saya sungguh menyayanginya
tak sedikitpun saya ingin menyakitinya

kenapa tak begini?! kenapa tak begitu?!
harusnya begini!! harusnya begitu!!
"jaga kesehatan!"
"kenapa makan sembarangan?!"
sungguh saya menyayanginya
tapi tak lagi bisa rendahkan suara, berkata lembut padanya
saya begitu marah

hingga saya lihat kerut di dahinya, keriput tangannya
kesepian di coklat matanya
payah tanpa pamrihnya
putih mengganti hitam rambutnya
dirinya tak lagi muda

sebenarnya dirinya-lah yang paling terluka, yang paling kecewa
saya hanya pura-pura tak menyadarinya, tak bisa menerimanya
amarah membungkam nurani saya
saya mengaku salah
Tuhan yang Maha Agung, mohon ampunilah hamba


saya salah
menahan amarah, tak hanya menahan buncah tak pecah
tak cukup hanya dengan diam
amarah bukan untuk dipendam, tapi diredam, hingga menghilang

saya salah
takkan lagi saya mengulangnya
takkan lagi menyusahkannya
takkan lagi..
saya berjanji!


sepertinya saya mulai memahami sedikit arti
La taghdhob wa lakal jannah
semoga Allah membukakan pintu surga-Nya
amiin..




28 Agustus 2010
-Ayahku, Ayah Juara Satu!-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DJP Blogger Community